A. MASUKNYA KOMUNISME KE INDONESIA
1. Awal mula munculnya ideologi komunis[1]
Komunisme adalah paham atau ideologi
(dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx (sekuleris keturunan
Yahudi kelahiran Jerman pada tahun 1818 M)[2]
dan Fredrich Engels (bapak Marxisme keturunan Jerman dan Inggris kelahiran
Inggris pada 28 November 1820)[3],
yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikan dengan hak
milik bersama yang dikontrol oleh negara. Demikianlah Kamus Besar Bahasa
Indonesia menjelaskan apa itu komunisme. Meski singkat dan belum begitu jelas
akan penggambaran keseluruhan wajah komunisme, setidaknya devinisi ini
memberikan informasi awal mengenali ideolofi bobrok tapi menarik itu.
Bebicara tentang komunisme tidak
bisa di lepaskan oleh pencetunya yaitu Karl Max. Karl Max lah yang pertaman
kali mengungkapkan pemikirannya mengenai ideologi ideologi komunis dalam sebuah
pamflet yang ditulis bersama dengan Predick Englesh pada tahun 1848. Dan
ketahuilah bahwasanya teori komunisme bukan baru muncul pada abad ke-19, tetapi
sudah muncul pada abad ke-16, ketika bentuk kapitalisme mulai tumbuh. Pada
tahun 1516 Thomas More menulis sebuah essay yang berjudul Utopia. Essay
Thomas More tersebut kemudian diikuti oleh Thommas Campanela pada tahun 1623
yang menulis Civitas Solis (city of the sun), Francis Bacon pada
tahun 1627 yang menulis new atlantis, dan James Harrington pada tahun
1658 yang menulis the ocean. Pemikiran-pemikiran komunisme tetap hadir
masa-masa setelah itu sampai munculnya tulisan Marx dan Engels.
2.
Lahirnya
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Ideologi
komunis masuk ke Indonesia pada tahun 1913, diperkenalkan oleh Hendricus
Josephus Franciscus Maria Sneevliet. Ia adalah mantan ketua Sekertaris Buruh
Nasional dan juga mantan pemimpin Partai Revolusioner Sosialis di salah satu
provinsi di negeri Belanda. Mula-mula ia bekerja di Surabaya sebagai staf
redaksi warta perdagangan Soerabajasche Hendelsblad milik sindikat perusahaan-perusahaan
gula Jawa Timur. Tidak lama kemidian ia pindah ke Semarang bekerja sebagai
sekertaris pada sebuah maskapai dagang.
Kota
Semarang pada saat itu manjadi pusat organisasi buruh kereta api Vereeniging
van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP/Serikat Personel Kereta Api dan Trem),
yang telah berdiri sejak tahun 1908. Pada tahun 1914 VSTP memerlukan
propagandis-propagandis untuk menyebarluaskan paham yang dianut oleh organisasi
buruh itu. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Sneevliet. Ia diangkat sebagai
propagandis bayaran. Lewat jalan ini Sneeliet berkenalan dengan masa buruh, dan
menyebarluaskan ideologi pertentangan kelas.
Pada bulan
Juli 1914 Sneevliet bersama dengan P. Bersgma, J.A. Brandstedder, H.W. Dekker
(Sekertaris VSTP), mendirikan organisasi politik yang bersifat radikal, Indische
Social Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India.
ISDV menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (Suara
Kebebasan).Terbitan pertama surat kabar ini tercatat pada tanggal 10 Oktober
1915. Melalui surat kabar ini sneevliet dan teman-temannya melakukan propaganda
untuk menyebarkan marxisme.[4]
Dan pada
akhirnya mereka berhasil mempengeruhi salah satu organisasi pergerakan nasional
yaitu Sarekat Islam (SI) yang saat itu di pimpin oleh Semaun. Semaun lahir di
Jombang pada 1899 sebagai anak buruh kereta api. Meski bukan anak priyayi, ia
sempat menikmati pendidikan Barat di Tweede Klas (Sekolah Bumiputra
kelas dua). Setelah lulus, ia bergabung dengan Staatsspoor (SS) sebagai
juru tulis pada 1912 di usia 13 tahun. Tahun berikutnya, ia bergabung dengan
Sarekat Islam (SI) afdeling Surabaya da berguru kepada H.O.S.
Tjokroaminoto. Karir Semaun cukup bagus. Setahun berikutnya, ia tampil kemuka sebagai
sekertaris SI Surabaya.
Pada awal
1915, ia bertemu Sneevliet di Surabaya dan terkesan dengan dengan “sikap
manusiawi dan tulus” Sneevliet yang sama sekali bebas dari “mentalitas
kolonial” Belanda. Ia pun bergabung
dengan ISDV dan VSTP (Vereeniging Voor Spoor-en Tramwegpersoneel),
serikat buruh kereta api dan trem, yang juga didirikan oleh Sneevliet. Karirnya
di ISDV cemerlang. Ia segera menjadi sekertaris ISDV Surabaya yang didominasi
oleh Belanda. Setahun berikutnya, Semaun pindah ke Semarang menyusul kepindahan
gurunya, Sneevliet. Di Semarang, ia menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa
Melayu dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang.
SI semula
membolehkan anggotanya merangkap keanggotaan di organisasi lain, termasuk ISDV.
Oleh karena itu , dibeberapa cabangnya, banyak anggota Sarekat Islam merangkap
juga menjadi anggota ISDV. Akan tetapi kegiatan-kegiatan ISDV dalam lingkungan
SI ternyata menggoncangkan organisasi massa Islam terbesar ini. Para pemimpin
SI yang anti-komunis mulai bertanya apakah kegiatan-kegiatan itu tidak didukung
oleh pihak Belanda sendiri, sebagai usaha untuk memecah organisasi ini yang
memang tumbuh dengan pesat dan yang telah menyebabkan timbulnya ketakutan diklangan
banyak orang Belanda.
Abdul Muis
menulis bahwa Sneevliet seakan sengaja dikirim ke Hindia (Belanda) untuk
memecah gerakan rakyat. Oleh karena itu, ia menuntut agar pemerintah membuang
Sneevliet dari Hindia. Agus Salim juga mengecam,”kaum sosialis itu membuta tuli
saja hendak memindahkan sengketa dari perselisihandiruman tangganya (Eropa) ke
tanah air kita, padahal suatu pun tidak ada sebabnya bagi kita akan bersengketa
atau berselisih dalam rumantangga kita.”
Dari
Semarang yang merupakan pusat ISDV, Semaun dan teman-temannya mulai menggrogoti
SI. Mereka menyebarkan pemikiran komunisme disertai kecaman terhadap para
pemimpin pusat SI, terutama Abdul Muis dan Agus Salim. Tjokroaminoto bahkan
pernah dituduh menggelapkan uang oleh teman Semaun, Darsono, meskipun akhirnya
Darsono meminta maaf. Kebijakan yang diambil oleh para pemimpin tersebut
diserang, bahkan kemudian meluaskannya menjadi personal pribadi.
Dalam
kongres di Surabaya pada Oktober 1921, akhirnya SI pecah. Orang-orang komunis
dikeluarkan dari SI. Mereka SI dari Semarang, Solo, Salatiga, Sukabumi dan
Bandung. SI terpengaruh oleh komunisme itu sering disebut dengan SI Merah.
Semaun bersama teman-temannya kemudian melanjutkan perjuangan Sneevliet yang
telah diusir dari Hindia Belanda. Semaun
menjadi ketua pertama Partai Komunis Indonesia (PKI)yang berdiri 5 bulan
setelah perpecahan SI. Sebelum itu, nama PKI adalah Partai Komunis Hindia
sebagai kelanjutan perjuangan ISDV.
Meski
lahir dari rahim umat Islam, kelak setelah Indonesia merdeka justru umat Islamlah
yang dibantai oleh PKI. Dimana muncul dan berkembang, komunisme memang selalu
menjadi parasi bagi agama mayoritas.[5]
B. BOBROKNYA IDEOLOGI PKI
Marx mengajarkan bahwa agama adalah
keluh kesah makhluk tertindas koma hati nurani dari dunia yang tak berhati
tepat sebagaimana ia adalah jiwa dari keadaan yang tak berjiwa. Menurut Marx
agama adalah candu bagi rakyat, dia menulis, “agama hanya bagaikan bayangan
matahari yang bergerak mengitari orang, sampai ia mulai mengitari diri
sendiri.”[6]
Lenin, juru tafsir ajaran marxisme
menulis, “kita harus mempelajari bagaimana memerangi agama. Untuk itu seseorang
harus menerangkan secara materialis akan sumber kepercayaan dan agama dari
massa.”
“Jadi,” lanjut Lenin, “Lenyapkan
agama hidupkan atheis. Penyebaran paham atheis adalah tugas kita.” Inilah
ucapan Lenin, gembong atheis yang dipuja puja pada masa pra-Gestapu/PKI di
Indonesia. Dia menambahkan,”Agama adalah racun bagi jiwa, dimana budak-budak
kapitalisme membenamkan prikemanusiaan, hasrat hati mereka untuk suatu
kehidupan yang layak.[7]
Lenin lupa bahwasanya komunisme
sendiri adalah agama resmi dengan Nabinya Karl Marx dan menuhankan benda.
Anehnya, komunis yang menganggap agama sebagai candu bagi untuk rakyat,
menjadikan buku-buku karangan Karl Marx sebagai kitab suci. Bahkan mendudukkan
Karl Marx sebagai Nabi. Pada hakekatnya, dibawah kesadaran mereka, mereka
sendiri memiliki tuhan, Nabi dan kitab suci sebagai pedoman mereka.
Selain itu penentangan marxisme
terhadap agama juga dibarengi dengan penentanga terhadap budi pekerti yang
mulia. Mereka telah menjerumuskan manusia kepada ajaran tidak ada aturan
prilaku bagi masyarakat serta menggunakan kesempatan dalam kesempitan dalam
untuk mencapai sasarannya. Paham ini benar-benar menghilangkan warisan budi
pekerti yang diamalkan bangsa manusia sejak berabad-abad lalu. Paham ini juga
mengingkari semua tuntunan akhlak dan wasiat segenap agama. Mereka memandang
ajaran tersebut tidak lain hanyalah hasil rekayasa sekelompok orang yang telah
mencapai kemakmuran ekonomi pada suatu masa tertentu. Komuinisme juga menolak
persatuan antarunsur masyarakat, bahkan menyulut api peperangan berdasarkan
konsep perbedaan kelas.
Lenin juga menyerukan diteraapkannya
tindak kekerasan. Ia mengatakan bahwa bagi kaum komunis, undang-undang prilaku
dirancang demi kepentingan parang antar kelas masyarakat. Mereka beranggapa,
undang-undang prilaku hanyalah alat yang digunakan untuk mencapai kemenangan
dalam perang tersebut. Maka, bagi mereka, perilaku adalah segala yang bisa
meruntuhkan kekokohan masyarakat.[8]
Marx berkata,” Sesungguhnya,
undang-undang prilaku dan agama bukan termasuk pandanga kita. Hal itu hayalah
angan-angan kaum rakyat melata.” Secara terang-terangan ia menyerukan dalan
salah satu pidatonya,”Tujuan kita tercapai denga menghalalkan segala cara.
Semua penyeru aliran ini bis menggunakan seluruh sarana dalam rangka merobohkan
norma-norma masyarakat. Ini merupakan sarana terpuji yang diperintahkan.”
Berkata pula Haroldenski, “Prilaku marxisme adalah prilaku yanng terkenal
bringas, buas, khianat, bohong, dan suka memburuk-burukkan keadaan.” Lenin
berkata, “Kami, sekelompok komunis, tidak berpegang kepada kaedah-kaedah
prilaku dan norma-norma masyarakat yang didalamnya termasuk perintah tuhan.
Kami menegaskan bahwa kami meninggalkan seluruh aturan prilaku dan tata krama
yang menjadi patokan masyarakat manusia seluruh dunia. Kami memandang tata
krama itu hanyalah pengkhianatan dan penyesatan belaka.”
Lewat seruan Engels, Marx dan Lenin,
jelas komunisme menolak prilaku yang berdasarkan agama. Falsafah Marxis tidak
mengakui semua agama atau rasul utusan Allah Ta'ala, bahkan mereka
menentangnya. Bagi mereka, agama adalah salah satu bentuk pengkhianatan. Mereka
menuduh, agama direkayasaoleh sebagian oarang demi kepentingan segolongan
manusia.[9]
Logika marxisme berasaskan materi. Materi inilah
yang menjadikan pangkal timbulnya bentrokan antarkelas dalam masyarakat.
Menurut Hagel, materi adalahpengganti jiwa. Namun, terbukti bahwa materi tidak
bisa memenuhi hasrat kerohanian, kegamaan, serta kepercayaan pada masalah gaib
dan wahyu. Marxisme tidak bisa memecahkan berbagai permasalahan manusia. Aliran
ini justru menumpahkan darah manusia. Salah seorang filosof senior Marxis,
Garaudy, mengatakan bahwa marxisme adalah warisan komunisme lama yang tumbuh
sejak awal perkembangan pemikiran manusia. Ia berkata,” Marx adalah penerus
generasi yang bersemboyang saya adalah musuh para tuhan.”[10]
Dengan gamblang, Islam telah
mengungkapkan kerusakan aliran Marxsisme-sosialisasi. Aliran ini hancur dan runtuh
karena tidak sejalan dengan fitrah manusia, tidak berlandaskan ilmu
pengetahuan, serta bertentangan dengan sunnah kehidupan. Paham ini
semata-mataberlandaskan penghancuran dan kerusakan.
C. ISLAM DAN KAUM MUSLIMIN, MUSUH UTAMA KAUM KOMUNIS
Islam adalah agama yang mulia, agama
yang hanya memilki satu tuhan yang Maha Esa, yang umat Islam hanya bergantung
padanya, Rabb yang tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan Rabb yang
tidak ada satupun yang setara denganNya. Ialah, Allah Ta'ala, seperti
firman Nya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١) اللَّهُ
الصَّمَدُ (٢) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣) وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ
(٤)
“Katakanlah: “Dia-lah
Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu, Dia tidak
beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Nya.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Dan Islam juga dibangun atas lima
pilar, seperti sabda Nabi Shalallahu’alaihi
wasallam:
عن أبي عبد الرحمن عبدالله بن عمر بن الخطاب
رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله ﷺ يقول: بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا
إلاالله وأن محمد ارسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة, وحج البيت, وصوم رمضان.
(رواه البخاري و مسلم)
Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin
Khatab ra. berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shalallahu’alaihi wasallam
bersabda:“Islam dibangun atas lima pilar: (1) Persaksian bahwa tiada tuhan
selain Allah, dan Muhammad adalah Rosul Allah, (2) medirikan sholat, (3)
mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa Ramadhan.” (HR.
Bukhori dan Muslim)[11]
Berdasarkan
hadits yang tertera diatas, jelas bahwasanya umat Islam memiliki pondasi yang
sangat kuat. Dan pada hadits diatas telah jelas bahwasanya umat Islam mengimani
seorang Nabi, ia adalah Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam. Ia
merupakan suri tauladan baik bagi umat Islam. Jadi, intinya agama Islam adalah
agama yang pasti, pasti tuhannya hanya satu yaitu Allah Ta'ala, pasti Nabinya
yaitu Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam, pasti kitab pedomannya
yaitu Al-Qur’an.
Beda
halnya dengan para komunis, ajaran seorang Karl Marx, seorang keturunan yahudi
Jerman, menggagas pemahaman komunisme ketiaka ia berusia 30 tahun. Karl Marx
dikenal tidak beragama. Desertasinya yang berjudul The Difference Between
The Natural Philoshophy of Democritus and Epicurus (1841) jelas menunjukan
dirinya sebagai anti agama. Hal ini membuat Marx dicap sesat dan dijauhi oleh
rekan-rekannya.
Marx
pernah berucap,”Eksistensi tuhan tidak masuk akal. Tuhan adalah konsep
menjijikan. Aku menaruh demdam kepada apasaja yang namanya tuhan!!!”
Dari
perkatan Karl Marx la’natullah ‘alaihi ini, kita dapat mengetahui sebegitu
bencinya ia terhadap yang namanya tuhan termasuk orang –orang yang memilki
tuhan alias para penganut agama terkhusus agama Islam yang telah jelas
ketuhanannya. Dari perkataannya juga, telah terbukti betapa banyak umat Islam
yang telah terbantai oleh para pengikut ajaran Karl Marx ini, terkhusus kaum
muslimin Indonesia.
Berangkat
dari sini, kekejaman demi kekejaman dilancarkan oleh kaum komunis terhadap para
tokoh agama. Perusakan dan penghancuran tempat ibadah menjadi menu wajib
mereka. Di Rusia Stalin (Rusia 1879-1954), delapan ratus ribu muslim Rusia di
bantai pada tahun 1942. Tidak hanya itu, dua puluh ribu masjid menjadi tempat
sasaran penghacuran. Jadi, sembilan puluh sembilan persen masjid dimusnahkan
oleh Stalin.[12]
Di
Indonesia, diantara yel-yel PKI, partai kebanggaan kaum komunis adalah
“Pondok-pondok, langgar bubar, santri mati! Pondok bobrok, langgar bubar, santri
mati!!”
Meniru
PKUS (Partai Komunis Uni Soviet) yang menghancurkan masjid, PKI membakar dua
masjid Kembang Kuning, Surabaya (Masjid Rahmat, 1948), dan Masjid Agung
Trenggalek (berumur dua ratus lima tahun, Maret 1949). Di Kanigoro, Kediri, dua
sayap PKI, yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang
dan menyiksa para training PII (Pelajar Islam Indonesia). Lebih keji lagi,
mereka melecehkan para pelajar wanita. Kitab suci umat Islam, Al-Qur’an, mereka
robek-robek dan injak-injak. Kiyai setempat diludahi, kepalanya dibuat mainan,
ditendang. Peristiwa kelam tersebut terjadi 13 Januari 1965.[13]Dan
ketahuilah bahwasanya ini semua merupakan bukti, bahwasanya seluruh penganut
agama, terkhusus agama Islam merupakan musuh utama kaum komunis.
Para pengkhianat yang telah melkukan
bertumpuk-tumpuk pelanggaran HAM kepada Msyarakat Indonesia, ternyata
didominasi oleh orang-orang yang tergabung dalam Partai Komunis Indonesia
(PKI). Orang-orang dan partai berlambang palu arit ini, telah berulang kali
mencoba melakukan kudeta berdarah sejak negara Indonesia berdiri. Mereka
terlalu nyata melakukan berbagai kekejian yang membuat darah manusia banjir
dimana-mana. Begitu banyak saksi hidup melihat dengan meta kepala sendiri,
berbagai kekejian PKI yang telah berlangsung sejak tahun 1945. Para PKI itu
selalu membantai denga memakai pola pembuatan lubang, pola penyembeliahan, pola
perebutan paksa, dan juga pola pembuatan daftar target mati bagi semua
penentang komunis.
Oleh karena itu marilah kita
menyelami sebuah tragedi yang terjadi di Madiun pada tahun 1948, mengenai
sebuah slogan pahit yang membahana ketika itu, agar kita mengetahui betapa keji
dan biadapnya Partai Komunis Indonesia (PKI) ini. Ditahun 1948 tepatnya di
Madiun, Jawa Timur, PKI membuat slogan. Slogan itu memang sengaja dibuat,
dengan memakai konsep rima dalam puisi, sehingga menarik dan mudah diingat.
Namun, yang membuat kita bergidik, slogan itu adalah puisi teror yang begitu
keji, lalu digunakan untuk menghancurkan Islam dan seluruh pimpinan Islam saat
itu.
Slogan itu kemudian sengaja disebar
ke berbagai kota oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), lantas menjdi
biang keladi tumpahnya berliter-liter darah manusia tak terukur jumlahnya,
disebabkan aksi masal PKI dalam pembantaian kiyai dan santri di Madiun dan
sekitarnya. Mereka meneriakkan yel-yel penuh kebencian yang berbunyi:
“Pondok
Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati,
Pondok
Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati,
Pondok
Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati”
Betapa ngeri ancaman dari slogan itu.
Sejak 18 september 1948, saat Muso memproklamirkan Negara Soviet Indonesia di
Madiun, slogan itu terus berkumandang dari seluruh anggota sipil PKI Muso dan tentara Muso yang bernama Front
Demokratik Rakyat (FDR). Perlu diketahui, sekjen dari FDR ini adalah DN
Aidit.
Melalui slogan berima itu, PKI
membuat bobrok bangunan pondok pesantren, langgar dibubarkan, dan santri
dibantai diluar ukuran kemanusiaan. Lebih gila lagi, sebelum slogan itu
dikumandangkan deberbagi kota, desa, jalan, dan gang-gang, para anggota PKI
sudah menyiapkan lubang-lubang untuk membantai kiyai dan santri. Diberbagai
libang itulah, para kiyai dan satri disembelih sevara massal.
E. WASPADA PENYEBARAN IDEOLOGI KOMUNISME
Membunuh, menyembelih, menangkap dan
menyiksa, membakar masjid, menghancurkan pesantren, merupkan hobi sekelompok
orang yang tidak punya tuhan alias komunis atau partai yang sering mereka
bangga-banggakan yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Hobi mereka inilah yang
menjadikan para penganut agama, ketika mendengar nama PKI terbayang bau anyir
darah manusia. Akan tetapi ketahuilah, itu hanyalah bayangan yang ada pada
generasi yang lahir tahun 90-an kebawah. Adapun generasi yang lahir diatas
tahun 90-an, tidak akan ada bayangan tersebut. Jangankan untuk membayangkan sosok
komunis dan sejawatnya, kalimat komunis (PKI) saja belum tentu familiyar
ditelinga mereka, atau mungkin kedengarannya sangat aneh.
Mengapa? Sejak reformasi 1998,
kader-kader komunis berhasil memaksa pemerintah saat itu untuk mencabut
pelajaran sejarah kejahatan PKI dari kurikulum sekolah. Mulai dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Belum berhenti sampai disini, mereka juga
berhasil memaksa pemerintah untuk tidak menayangkan film kejahatan PKI yang
bisa ditonton tiap malam 30 September.[15]
Dan kemungkinan sebagian orang juga
menyangka, bahwasanya PKI telah terkubur bersamaan dengan keluarnya TAP MPRS
No. XXV tahun 1966. Undang-undang itu menetapkan pembubaran PKI, menyatakan PKI
sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Indonesia serta larangan setiap
kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme[16].
Namun faktanya, para pengikut PKI dan keturunannya masih ada. Mereka terus
bergeriliya memperjuangkan ideologinya. Ibarat ilalang, setiap kali dibabat,
tetap saja tumbuh.
Mari kita melihat sejarah
pemberontakan PKI sejak tahun 1948. Pada tanggal 18 September 1948 Muso mendirikan Republik Soviet Indonesia.
Kemudian mereka melakukan pembantaian kepada para kyai, santri dan umat Islam
yang tidak setuju dengan ajaran PKI. Mereka dibantai dengan sangat keji.[17]
Ditahun berikutnya tepatnya tanggal 13 Januari 1965 di desa Kanigoro Kediri,
diwaktu subuh sekelompok besar kader PKI menyerang sebuah acara pelatihan yang
dilakukan oleh organisasi Pelajar Islam Indonesia (PPI), setelah melalui
bentrokan singkat, kader PKI berhasil menaklukan para pemuda muslim tersebut,
mengikat tangan pera kader PPI lantas mengiring mereka sejauh enam kilometer ke
kantor polisi, dimana mereka ditahan dengan tuduhan kontrerevolusioner. Hal ini
membuat kaum muslimin sakit hati atas tuduhan mereka. Bukan hanya itu mereka
juga menyerang dan merusak kesucian masjid, tempat ibadah umat Islam.[18]
Sungguh betapa biadapnya perlakuan mereka terhadap umat Islam.
Kesimpulan dan Saran
Komunisme, ideologi bobrok yang
dicetuskan oleh Karl Marx di abad ke-19. Karl Marx lah yang pertama kali
mengungkapkan pemikirannya mengenai ideologi komunis dalam sebuah pamflet yang
ditulis bersama dengan Predick Englesh pada tahun 1848. Setelah itu barulah
tersebar ke berbagai negara, dan melahirkan banyak Karl Marx baru, diantaranya
adalah Lenin dan Sneevliet komunis asal Rusia, Semaun, komunis asal Jombang,
Indonesia.
Dan yang pertama kali menyebarkan
ideologi komunisme ke Indonesia adalah Sneevliet, yang ketika itu Sneevliet
datang ke Surabaya dan akhirnya bertemu dengan Semaun pemimpin organisasi
Sarekat Islam pada masa itu. Pertemuan
Semaun dengan Seneevliet berakhirnya tragis. Semaun terpengaruh oleh
ideologi Sneevliet, akhirnya Sarekat Islam
bubar, dan dibangunlah Partai Komunis Indonesia oleh Semaun. Semenjak
berdirinya PKI, banyak diantara kaum muslimin yang disembelih, dibunuh,
ditangkap lalu disiksa, akibat menolak ajaran komunis ini banyak dari mereka
adalah para kiyai dan santri.
Akan tetapi semenjak di hapusnya
pelajaran sejarah kejahatan PKI, dan pelarangan menayangkan film kejahatan PKI
yang biasa ditonton tiap malam 30 Desember, pada masa revormasi tahun1998.
Masyarakat muslim pada umumnya lupa akan tragedi berdarah yang dilakukan PKI.
Yang akhirnya mengakibatkan kaum muslimin saat ini berleha-leha seolah PKI
telah mati, PKI hanya tinggal nama. Dan ketahuilah sesungguhnya PKI sedang
bersiap-siap menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan aksi mereka yang telah
lama hilang.
Oleh karena itu, wahai kaum muslimin
pada umumnya, dan khususnya bagi muslimin Indonesia, marilah kita sadar dan
saling menyadarkan sekeliling kita agar senantisa waspada terhadap PKI. Susun
strategi dari sekarang untuk menghadapi kaum yang tak bertuhan (PKI) agar kita
tidak menyesal di hari kemudian.
[1] Saleh As’ad Dzamhari dkk, Komunisme di Indonesia
(Perkembangan dan Gerakan Komunisme di Indonesia (1913-1948)), jilid. 1,
(Jakarta: Pusjara TNI , 2009 M), hlm. 5-8
[2] Yesmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum,
(ttp: t.p., t.t.), hlm. 26
[3] https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2015/01/friedrich-engels-bapak-pendiri-komunisme.html,
diakses pada: ahad 12 Februari 2017, jam. 15:11
[4] Saleh As’ad Dzamhari dkk, Komunisme di Indonesia
(Perkembangan dan Gerakan Komunisme di Indonesia (1913-1948) ), jilid. 1,
(Jakarta: Pusjara TNI , 2009 M), hlm. 19-20
[5] Muhammad Abu Faris, Munculnya Komunisme di Indenesia
, Majalah An-Najah edisi. 130, (Solo: Pena Ummah, 2016), hlm.5-6
[6] Akrom Syahid, Komunisme Ancaman Bagi Seluruh Agama
, Majalah An-Najah edisi. 130, (Solo: Pena Ummah, 2016), hlm.8
[7] Akrom Syahid, Komunisme Ancaman Bagi Seluruh Agama
, Majalah An-Najah edisi. 130, (Solo: Pena Ummah, 2016), hlm.8
[8] Anwar Jundi, Islam Setelah Komunis, cet. 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994 M), hlm.40
[9] Anwar Jundi, Islam Setelah Komunis, cet. 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994 M), hlm. 41
[10] Ibid, 42
[11] Imam An-Nawawi, Hadits ‘Arba’in, terj. Muhil
Dhofir, (Jakarta: Al-I’tishom, 2001 M), hlm. 11-12
[12] Tim Redaksi, Islam dan Kaum Muslimin Musuh Utama Kaum
Komunis, Majalah Asy-Syariah edisi. 1 (Yogyakarta: Oase Media, 2016), hlm.
50-51
[13] Ibid
[14] Anab Afifi dan Thowaf Zuharon, Ayat-ayat yang di
Sembelih, cet. 1, (Jakarta: Jagat Publishing, 2015 M), hlm. 109
[15] Akrom Syahid, Komunisme
Ancaman Bagi Seluruh Agama , Majalah An-Najah edisi. 130, (Solo: Pena
Ummah, 2016), hlm.8
[16] MS. Kalono, Mewaspadai
Metamorfisis Ideologi Komunisme, Majalah An-Najah edisi. 130, ( Solo: Pena
Ummahm, 2016), hlm. 10
[17] Anab Afifi dan
Thowaf Zuharon, Ayat-ayat yang di Sembelih, cet. 1, (Jakarta: Jagat
Publishing, 2015 M), hlm. 109
[18] Budi Susanto, Politik dan Postkolonialitas di
Indonesia, cet. 5, (Yogyakarta: Kanisus, 2003 M), hlm. 44